Share |

Rabu, 02 Maret 2011

Sepuluh Ikon Klub Yang Akhirnya Hengkang

Inilah sepuluh bintang sepak bola yang pernah begitu lekat dengan sebuah klub, menjadi ikon, pujaan fans, namun akhirnya pergi meninggalkan tim masing-masing dengan berbagai alasan.

Cristiano Ronaldo (Manchester United-Real Madrid, 2009)
 



Ronaldo menjadi pemain Portugal pertama yang merumput untuk Manchester United tatkala direkrut dari Sporting Lisbon pada musim panas 2003. Pemain yang saat itu masih berusia 18 tahun tersebut diberi nomor punggung tujuh warisan David Beckham oleh Sir Alex Ferguson walaupun Ronaldo sebenarnya meminta nomor 28, angka yang dipakainya di Sporting.

Mengantar United menyabet Piala FA 2004 dan Piala Liga 2006 dengan sumbangan sebiji gol di masing-masing final, kilau pemain bertinggi 186 cm itu semakin terang pada musim 2006/07. Torehan 17 gol Ronaldo sangat berperan dalam raihan juara Liga Primer United waktu itu. Puncak karier CR7 di Old Trafford tersaji musim berikutnya, ketika ia mencetak total 42 gol di semua ajang dan membantu The Red Devils mencaplok titel ganda, Liga Primer dan Liga Champions 2008. Di tahun yang sama, Ronaldo juga diganjar gelar Pemain Terbaik Dunia versi FIFA.
Pada Juni 2009, United menerima tawaran ₤80 juta dari Real Madrid untuk Ronaldo setelah sang pemain mengisyaratkan keinginannya untuk bergabung dengan raksasa Spanyol itu. Angka tersebut masih menjadi rekor transfer termahal dunia hingga saat ini.


Alessandro Nesta (Lazio-AC Milan, 2002)
 

 
Di masa jayanya, Nesta sering disebut-sebut sebagai salah satu bek terbaik dunia. Mantan kapten Lazio ini juga kerap diperbandingkan dengan Francesco Totti, il capitano AS Roma, yang notabene rival sekota Lazio, karena sama-sama dibesarkan akademi klub dan menjadi kapten di usia muda.
Krisis keuangan yang mendera pada tahun 2002 membuat Gli Aquilotti terpaksa menjual pemain-pemain terbaiknya, termasuk Nesta yang dilego ke AC Milan dengan nilai €30 juta.

Thierry Henry (Arsenal-Barcelona, 2007)



Sempat mandul dalam delapan pertandingan pertamanya bersama Arsenal, Henry melesat hingga akhirnya berhasil menjadi pencetak gol terbanyak The Gunners sepanjang masa dengan total 226 gol dalam delapan tahun kariernya bersama klub London Utara tersebut. Pemain asal Prancis ini juga sempat menjadi kapten Arsenal selama dua musim sebelum hijrah ke Barcelona pada tahun 2007.
“Karena senioritas saya, ditambah fakta bahwa saya adalah kapten dan kebiasaan saya meminta bola, terkadang mereka [rekan-rekan setim di Arsenal] tetap memberi bola walaupun saya sedang tidak dalam posisi bagus. Karena itu saya rasa adalah hal yang baik bagi tim jika saya pindah,” ujar Henry menjelaskan alasan kepindahannya waktu itu.

Ronaldinho (Barcelona-AC Milan, 2008)
 


Dinho mengawali sepak terjangnya di Eropa bersama klub Ligue 1 Prancis, Paris St. Germain, tapi saat membela Barcelona-lah namanya benar-benar melejit. Pemain Terbaik Dunia FIFA 2004 dan 2005 ini sudah menjadi nyawa Blaugrana ketika Lionel Messi baru mengorbit. Di era Frank Rijkaard, Ronaldinho sukses mengantar Barca meraih dua gelar La Liga, satu Liga Champions, dan dua Piala Super Spanyol. Sayang, kedatangan pelatih anyar Pep Guardiola dibarengi pernyataan sang entrenador bahwa Dinho tidak termasuk ke dalam rencana masa depannya. Pemain kelahiran 21 Maret 1980 itu pun pindah ke Milan untuk menyelamatkan kariernya.

Luis Figo (Barcelona-Real Madrid, 2000)



Satu dari sedikit pemain Barcelona yang berani menyeberang langsung ke Real Madrid. Figo rela dicap pengkhianat oleh publik Catalan yang sempat begitu mengidolakannya dengan menerima ajakan sang musuh abadi. Pemilik caps terbanyak di timnas Portugal ini dibeli Madrid dengan harga €45 juta yang sekaligus menjadikannya pemain termahal dunia ketika itu dan mengawali era Los Galacticos bentukan Florentino Perez di Santiago Bernabeu. Saking sakit hatinya pendukung Los Cules, Figo pernah dilempari kepala babi kala menyambangi Camp Nou bersama Madrid pada 2002.

Fernando Torres (Atletico Madrid-Liverpool, 2007, dan Liverpool-Chelsea, 2011)

 


El Nino sudah mengapteni Atletico Madrid saat usianya baru menginjak 19 tahun. Meski  belum pernah mengantar Los Colchoneros meraih gelar bergengsi, Torres menyumbang total 92 gol selama enam tahun berkiprah bersama klub yang berbasis di ibu kota Spanyol itu. Sempat menolak tawaran Chelsea di akhir musim 2005/06, personil La Furia Roja itu akhirnya meninggalkan Vicente Calderon untuk bergabung dengan klub Liga Primer lainnya, Liverpool, setahun berselang.
Dalam skuad The Reds, Torres langsung membentuk kerja sama apik dengan kapten Steven Gerrard, dan legenda Calderon itu dengan cepat menjadi pujaan publik Anfield. Sayang, pada akhirnya Torres melukai Liverpudlians karena menerima pinangan Chelski sebesar £50 juta menjelang ditutupnya winter transfer window tahun ini.

David Beckham (Manchester United-Real Madrid, 2003)

 


Sulit dipungkiri bahwa Beckham adalah salah satu aktor penting dalam raihan treble winners Manchester United pada musim 1998/99. Selain tendangan bebas khasnya, tentu publik tak akan melupakan dua sepak pojok Becks yang mengawali gol-gol Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solksjaer ke gawang Bayern Muenchen di final Liga Champions 1999.
Namun, sejak Beckham menikahi Victoria Adams, manajer Sir Alex Ferguson menilai konsentrasinya di sepakbola mulai berkurang, dan hubungan antara sang bos dengan anak asuhnya tersebut mulai renggang sejak awal milenium baru. Puncaknya terjadi pada Februari 2003. Sejumlah laporan menyebut Fergie yang murka setelah United ditekuk Arsenal di Piala FA menendang sepatu yang mengenai pelipis Beckham hingga robek. Insiden tersebut disinyalir sebagai pendorong sang megabintang untuk pergi dari Old Trafford di akhir musim 2002/03.

David Villa (Valencia-Barcelona, 2010)

 


Selama lima temporada membela Valencia, argo gol Villa selalu menembus angka di atas 20 per musimnya. Tak pelak lagi, eks bomber Sporting Gijon dan Real Zaragoza itu adalah sosok tak tergantikan di Mestalla. Pernah berujar tak akan meninggalkan Valencia kecuali pihak klub ingin melepasnya, pesepakbola yang sempat dikait-kaitkan dengan Real Madrid, Liverpool, Chelsea, Manchester United, dan Barcelona ini akhirnya berlabuh ke klub yang disebut terakhir setelah Los Ches menyetujui tawaran €40 juta yang disodorkan Barca pada musim panas 2010.

Kaka (AC Milan-Real Madrid, 2009)




Pada musim perdananya memakai jersey merah-hitam setelah digaet dari Sao Paulo, Kaka langsung mematenkan satu tempat di starting XI dan berperan mengantar Milan merebut scudetto 2003/04. Penampilan ciamik pada stagione tersebut juga membuatnya dianugerahi gelar Pemain Terbaik Serie A. Gagal menjuarai Liga Champions 2005 karena I Diavolo takluk dari Liverpool via adu penalti, dua tahun kemudian Kaka ‘sendirian’ membawa Milan menggondol La Orejona alias Si Kuping Besar untuk kali ketujuh sepanjang sejarah. Rossoneri menuntaskan dendam terhadap Pool dengan kemenangan 2-1 di partai puncak.
Pria bernama lengkap Ricardo Izecson dos Santos Leite itu semakin dicintai Milanisti setelah menolak tawaran bombastis £100 juta dari Manchester City pada Januari 2009. “Saya ingin sampai tua di Milan dan bermimpi menjadi kapten klub,” kata sang playmaker ketika itu.
Akan tetapi, tak lama setelah itu Kaka meralat ucapannya dan mengatakan dirinya mungkin pergi jika Milan memang ingin menjualnya. Hal itu menjadi kenyataan setengah tahun berselang. Kubu San Siro ogah melepas kibasan fulus sebesar €68,5 juta dari Real Madrid sehingga rela membiarkan Pemain Terbaik Dunia 2007 itu hijrah ke La Liga.

Raul Gonzalez (Real Madrid-Schalke 04, 2010)
 


Sempat dibina oleh akademi Atletico Madrid selama dua tahun (1990-1992), Raul pindah ke tim taruna Real Madrid setelah Jesus Gil, presiden Atletico saat itu, menutup akademi Los Rojiblancos karena ingin menghemat pengeluaran klub. Ironisnya, Raul justru mencetak gol debut untuk tim senior Madrid ke gawang Atletico pada 5 November 1994. Pertandingan tersebut adalah kali kedua ia merumput bersama Si Putih setelah diberi kepercayaan untuk pertama kalinya oleh Jorge Valdano, yang ketika itu menjadi pelatih, sepekan sebelumnya.
Raul mulai rutin menjadi starter di Madrid sejak musim 1995/96, kala dirinya melesakkan 19 gol dari 40 partai La Liga, dan mewarisi ban kapten dari Fernando Hierro pada 2003. Enam gelar La Liga, empat Piala Super Spanyol, tiga trofi Liga Champions, dua Piala Interkontinental, dan satu titel Piala Super Eropa menjadi sumbangan sang delantero ke dalam lemari piala di Santiago Bernabeu, plus segudang rekor pribadi yang dicatatnya dengan Los Merengues.
Pada 2008, Raul -- bersama Iker Casillas -- memperoleh kontrak ‘seumur hidup’ dari Madrid. Klausul dalam kontrak tersebut menyatakan masa kerja kedua pemain itu akan terus diperpanjang secara otomatis jika tampil minimal 30 kali dalam semusim.
Kendati demikian, hal tersebut tak mampu menahan kepergian pemain yang sekarang berumur 33 tahun itu ke Schalke 04 pada awal musim ini. Jose Mourinho, entrenador yang mendarat di Madrid musim panas silam, ingin Raul bertahan, tapi keengganan menjadi striker cadangan membulatkan tekad Sang Pangeran Bernabeu untuk meninggalkan istananya.

Sumber : http://goal.com/id-ID (dengan sedikit pengeditan)

Blog Archive

Blogger Touch

Mobile Edition
By Blogger Touch